Jadi sweper diklat Pencinta alam di TN Baluran memang menyenangkan.
Limed batangan menuju Bama memang tidak dekat, belum lagi kami tidak
lewat jalan semestinya. Limed hampir sepanjang 25 km.
Baluran alias Afrika Van Java. Apa yang kalian bayangkan jika mendengar kata Afrika? Pasti cuaca yang tidak panas lagi tapi puuanassss,,, betul! Safana dan pohon akasi (Acacia auriculiformis)
jadi pemandangan sepanjang jalan. Siapa yang mau berteduh di bawah
pohon yang penuh duri ini. Banteng, ajag dan rusa seharusnya juga jadi
pemandangan saya. Jika perjalanan seperti undian yang digosok, pasti
hasil gosokan saya bertuliskan “Anda kurang beruntung“. Hanya segerombolan rusa yang saya temui, dan jejak-jejak binatang lain yang mengimin-imini saya untuk menemui mereka.
Batangan dan Bekol sudah terlewati, menuju Bama masih setengah perjalanan. Baik leader, peserta, dan sweper sekarang jadi semper (kaki yang lelah berjalan akhirnya asal melangkah) semua. Pada limed ke Bama ada mata air yang di sebut mata air Panting
Manting. Karena peserta tidak diperbolehkan mengambil mata air ini
akhirnya mereka hanya meminta ijin untuk cuci muka. Menunggu 7 peserta
mencuci muka mereka, saya membaca keterang tentang mata air ini yang
berdiri tegak di depan saya. “Konon mata air ini punya mbah Cungking
untuk menggembala kerbaunya…” saya baca keterangan itu lirih. Belum
selesai saya baca teman sweper saya menyerobot ikut mengamati
keterangan. Secepat kilat dia membaca tulisan terakhir yang mengatakan
“mata air ini dipercayai penduduk setempat, siapa yang mencuci muka di
sini akan awet muda”. Sambil berjalan menuju mata air, dengan lantang
dia bilang “Percoyo”. Beberapa detik otak saya berhenti mendengar kata-kata itu dan melihat tingkah teman saya. Bangun dari bengong beberapa
detik tadi, tawa saya tak bisa ditahan. Saya tidak bisa
menjelaskan rasa kaget gara-gara kelakuan teman saya itu, tapi saya juga ikutan cuci muka disini.
No comments:
Post a Comment