Tuesday, July 14, 2020

Behind The Scene Novel Berjudul Bapak Mertua

Kalau kamu belum baca, bahkan belum tahu novel Bapak Mertua, itu wajar sekali. Karena itu memang novel pertamaku yang ku cetak tiga puluh eksemplar dan masih tersisa beberapa buku. Artinya dari tiga puluh bukuku, belum laku semua. Bayangkan, jadi berapa orang yang memabacanya?

Sudah jangan terlalu dipikirkan pertanyaanku baru saja. Biar aku ceritakan. Tapi cerita yang ada dibalik pembuatan novelnya.
Novel Bapak Mertua

Thursday, July 9, 2020

Tujuh Tanda Autism

Sejak kami membaca banyak artikel tentang autism, kami semakin melihat tanda-tanda anak autis ada pada anak pertama kami, Noam, yang waktu itu berusia hampir dua tahun.  Yayasan MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia) merangkum tujuh pertanyaan  untuk melihat tanda autis pada anak. 
Selama kami ajak ke pantai, baru kali ini dia tertarik dengan pantai.
Noam tertarik sekali di pantai, dulu dia takut.

Thursday, April 2, 2020

Noam Anakku, Autis


Oktober 2019 lalu, di ulang tahun ke dua Noam, aku dan suamiku membawanya ke psikolog anak. Dengan penuh kekhawatiran, dan kecurigaan bahwa Noam autis.

“Noam! Noam! Noam! Hai! Lihat! Itu apa ya? Noam!” Seperti inilah biasanya aku mencari perhatian Noam ketika dia sedang asyik bermain sendiri.

Naom tidak merespon, bahkan ketika sebuah benda aku  bawa kepadanya. Dia tetap lari-lari atau asyik memainkan roda mobil-mobilannya.  Aku menelan ludah, merasa ada persamaan ciri-ciri autis yang aku baca dari berbagai artikel.

Yayasan MPATI (Masyarakat Peduli Autis Indonesia) yang diketuai Gayatri Pamoedji, ibu dari seorang anak autis, memberikan tujuh pertanyaan untuk mengetes autis, “1. Apakah anak Anda memiliki ketertarikan pada anak-anak lain?, 2. Apakah anak Anda menunjuk hal yang disukai?, 3. Apakah anak Anda mau menatap mata Anda lebih dari 1-2 detik?, 4. Apakah anak Anda mau meniru ucapan, ekspresi wajah, ataupun gerak-gerik Anda?, 5. Apakah anak Anda bereaksi ketika namanya dipanggil?, 6. Apakah anak Anda mau melihat ke arah benda yang Anda tunjuk?, 7. Apakah anak Anda pernah bermain pura-pura, misalnya pura-pura menyuapi boneka, atau menerima telepon?” Untuk Noam, hampir semua pertanyaan, jawabannya adalah ‘tidak’.

Dengan penuh keingintahuan dan kepastian, kami mendatangi dua tempat terapi anak autis untuk melakukan assesment ke psikolog. Agar kami tahu kalau Noam berkembang dengan baik atau Noam perlu mendapatkan penanganan segera. Psikolog anak dan psikolog klinis yang kami datangi memvonis Noam autis.
Aku dan Noam

Wednesday, July 24, 2019

Pernikahan Dini Di Kaki Gunung


Pertengahan tahun ini setelah cuti hamil, aku bersama suami kembali mengajar ke Sokola Kaki Gunung. Kami juga membawa serta kedua anak kami ke kaki pegunungan Argopuro bagian Sumber Candik, Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember, tempat Sokola Kaki Gunung didirikan.

Bulan Juli artinya kenaikan kelas atau kelulusan bagi anak-anak yang sekolah di sekolah formal selain belajar bersama kami. Aku mendapati anak-anak yang lulus sekolah dasar sedang sibuk menyiapkan diri untuk melanjutkan ke pesantren. Sedang beberapa yang lain, memilih atau dipilihkan untuk bertunangan.

Sunday, July 14, 2019

Sekolah Favorit di Kaki Gunung

Bulan Juli di kota, anak-anak sibuk mempersiapkan diri untuk masuk di sekolah baru setelah ribut dengan sistem zonasi. Di sebuah kaki gunung pegunungan Argopuro wiayah Jember, tepatnya Jelbuk, Panduman, Sumber Candik, sedang musim ‘monduk’, mondok, sekolah pesantren. Yang tidak melanjutkan ke smp atau pesanteren, akan ada pilihan ‘bekalan’, bakalan, tunangan.
Hari Pertama Anak-anak Kaki Gunung Sekolah

Saturday, June 22, 2019

Pertimbangan Sebelum Memakaikan Clodi Kepada Anak

Pertamakali memutuskan untuk tidak memakai popok sekali pakai (selanjutnya kita sebut pampers, seperti kita sebut deterjen rinso dan sepeda motor honda) tentu pertimbangannya lingkungan. Kami tidak ingin ikut andil menambahnya tumpukan sampah pampers di TPA atau kotornya sungai sebab pampers yang tak kunjung terurai. Harusnya lebih banyak pertimbangan, karena kita makhluk sosial (kata-kata klasik yang mulai tergerus maknanya) yang hidup dengan manusia lain.

Kalau ada ibu-ibu yang memakaikan pampers kepada anaknya, pikiranku langsung keruh. Aku terbayang sampah pampers mengambang di sungai-sungai. Kalau bukan pikiran itu yang datang, pikiran lainnya muncul, pasti ibu itu tinggal lempar tanggung jawab kepada pak tukang sampah yang mengangkut sampahnya setiap hari. Kenapa aku tidak berpikir mereka akan mengubur sampah mereka di tanah? Karena itu hal yang ribet, lebih ribet dari mencuci clodi, yang jarang terfikirkan orang-orang yang memakaikan pampers kepada anaknya. Ada yang lebih ribet lagi, membongkar pampers yang sudah dipakai untuk dicampur dengan bahan lain membuat pupuk organik. Kecuali bapakku yang mau ribet, yang menguburkan pampers keponakan-keponakanku yang tidak mungkin dibuang ke sungai karena ada PERDES Semboro dimana pembuang sampah di sungai didenda dan pengadu mendapat setengah uang denda, yang tidak mungkin dibakar karena ada mitos jika membakar kotoran bayi menyebabkan perut bayi sakit, dan tidak mungkin melimpahkan tanggungjawab kepada tukang sampah karena di desa semua sampah tanggungjawab masing-masing.

Tapi pikiranku tidak seburuk itu juga kok. Aku yakin semua orang mempunyai pertimbangan mereka sendiri.

Aku dan suami sepakat bahwa kami tidak akan memakaikan pampers kepada anak-anak kami, sekali lagi karena pertimbangan lingkungan. Kami memakaikan clodi (cloud diaper/ pampers kain yang bisa dicuci). Kami menganggap clodi salah satu jawaban kegelisahan kami ketika mempunyai anak dan takut ikut andil menambah sampah pampers yang bisa sampai empat ratus tahun lebih baru terurai.  

Ini terlihat seperti pertimbangan yang idealis, padahal hanya mempertimbangkan satu sisi saja itu sangat tidak ideal untuk dilakukan. Ada orang-orang yang ingin menggendong anak kita tanpa perlu terkena buang airnya. Ada orang-orang yang kami kunjungi tanpa ingin rumahnya terkena bau pesing anak kita. Apakah clodi tidak bisa menjawab kegelisahan ini?

Clodi terbuat dari kain yang nyaman untuk bayi. Tapi yang namanya kain, pasti ada celah untuk bocor. Bocornya clodi biasanya karena bahan yang kurang bagus atau perawatannya yang kurang hati-hati. Clodi yang kotor harus langsung dicuci, tidak boleh pakai detergen mengandung pemutih dan pelembut, insert yang tebal tidak boleh dijemur matahari langsung, posisi menjemur yang benar disarankan agar karet bagian paha tidak menjadi bagian yang tertekuk, tidak masuk cuci kering pada mesin cuci, dan aturan ketat lainnya agar clodi awet tidak bocor. Clodi bisa menjawab kegelisahanku ketika anak-anak digendong orang lain atau mengajak anak-anak jalan-jalan, ketika clodi masih kondisi bagus/ tidak bocor dan stok clodi yang kering masih banyak.

“Anakku tidak pakai pampers.” Begitu kataku kalau ada yang ingin menggendong dan ketika itu persediaan clodi kering anak-anak habis. Jadi orang-orang yang tidak ingin terkena ompol atau pup, bisa segera mengembalikan kepadaku. Begitulah caraku membuat orang-orang sekitar kami menerima bahwa kami tidak memakai pampers. Ini keberuntungan kami yang tidak kami pertimbangkan, ada di sekitar orang-orang yang menerima bahwa mereka bisa kapan saja terkena ompol atau pup anak-anak kami.

Selain pertimbangan sosial, pertimbangan ekonomi juga tidak pernah terfikirkan. Clodi yang harganya jauh dari pampers pasti banyak menganggap ini mahal. Padahal jika orang bisa berfikir untuk jangka panjang, clodi bisa bertahan minimal setahun dengan perawatan yang buruk. Bayangkan jika perawatannya dimaksimalkan?

Jadi begitulah kami tetap bertahan memakaikan clodi kepada anak-anak kami. Tanpa banyak tapi, tanpa banyak pertimbangan. Karena banyak pertimbangan bisa jadi bimbang, misi tidak akan jalan. 

Wednesday, May 29, 2019

Susu Untuk Noam Yang Alergi

Noam asi eksklusif selama enam bulan. Selama itu pula aku aman dari kehamilan lagi meski tidak kb. Saat Noam mulai mpasi, aku hamil lagi. Kami senang, tapi mulai khawatir ketika asiku berkurang.