Wednesday, May 29, 2019

Susu Untuk Noam Yang Alergi

Noam asi eksklusif selama enam bulan. Selama itu pula aku aman dari kehamilan lagi meski tidak kb. Saat Noam mulai mpasi, aku hamil lagi. Kami senang, tapi mulai khawatir ketika asiku berkurang.


Ibu hamil memang bisa sambil menyusui, tapi banyak syaratnya. Syaratnya asi cukup untuk bayi dan janin dalam perut tidak kontraksi. Syarat lainnya banyak, seperti tidak ada riwayat keguguran. Aku memenuhi syarat untuk hamil dan menyusui, kecuali asiku yang berkurang. Noam mulai rewel dan sering sakit. Kami mengunjungi banyak tenaga ahli kesehatan. Beberapa ada yang menyarankan untuk menyapih Noam, berhenti menyusuinya. Aku mengikuti saran mereka, yang menyarankan tetap menyusui Noam. Kami mencari susu formula sebagai pendamping asiku yang berkurang selain mpasi yang tidak bisa lahap Noam makan.

Mencari susu formula untuk Noam ternyata tidak mudah. Tidak ada dokter yang bisa memberi jawaban pasti, jawaban yang aku inginkan. Bahkan dokter yang kami anggap baguspun, hanya meminta kami terus mencoba. Dan setiap kali mencoba, Noam tidak bisa pup normal. Masa-masa itu cukup melelahkan. Kami beri susu sapi, dia diare. Minum susu soya, masih diare. Coba susu khusus untuk anak-anak alergi lactosa, dia terus diare.

Berat badannya turun, sulit naik setelah di opname karena sempat muntah dan ditakutkan terjadi dehidrasi. Setelah opname Noam juga sempat periksa lab atas saran dokter ketika kami periksa karena Noam batuk tidak kunjung sembuh. Yang ternyata bukan untuk mengetahui apakah dia benar alergi lactosa seperti yang kami kira. Ini melebar kemana-mana, mungkin dokter kira ada masalah dengan paru-parunya karena suamiku sempat menjawab dia perokok. Ketika di lab dan dia mendapat suntikan ditangan yang tidak boleh terkena sabun bekas suntikannya selama beberapa hari agar hasil valid, aku bertanya apakah ini untuk mengetahui alergi. Bukan, untuk tes alergi dengan feses. Aku kecewa dengan dokter yang menyarankan, ini tidak akan menjawab keresahanku. Hasil lab justru Noam kekurangan darah merah. Tak lama setelah hasil lab, kuku-kuku tangannya rusak, seperti mengelupas. Itu terjadi sampai Noam berumur satu tahun, sampai berat badannya diusia ini tidak sampai 7kg.

Kami sempat memberinya air tajin, air beras yang diambil sebelum nasi benar-benar tanak. Ini cukup membantu mengganti susu formula yang belum kami dapatkan. Karena meskipun ada banyak yang mengatakan alergi lactosa akan sembuh saat usianya mulai setahun. 

Suatu hari saat kami berkunjung ke RSUD Kalisat, kami bertemu dengan teman suamiku yang menjadi sales susu. Dia menyarankan susu Pediasure. Bukan karena dia sales susu, tapi berdasarkan kerabatnya yang mengalami kesulitan menaikkan berat badan.

Pediasure ampuh, Noam tidak lagi sering pup. Berat badannya mulai merangkak naik. Kuku-kukunya mulai normal. Dia sehat.

Dia tetap asi meskipun sudah menemukan susu formula yang cocok. Kenapa? Karena aku sehat. Bagaimana dengan janin? Hasil USG dia juga sehat. Bahkan sampai sekarang, adiknya umur 4 bulan dan Noam 19 bulan, Noam masih asi. Aku melakukan tandem, menyusui dua bayi.

Beberapa minggu lalu, Noam kembali diare karena aku memberinya puding. Puding instan yang ternyata susunya terasa sekali. Jadi tentu saja dia masih tidak bisa susu sapi.

Tapi sekarang dia sudah ganti susu soya. Hasil uji coba beberapa minggu yang lalu, dia tidak diare. Untuk anak kok coba-coba! Bukannya memang seperti itu ya cara belajarnya menjadi orangtua karena tidak mungkin bisa copy paste pola asuh orang lain. 

Sekarang Noam tidak lagi minum susu pediasure. Bukan karena mahalnya, tapi ketika Noam minum Pediasure, Noam perutnya kenyang sehingga sedikit makan. Kami mengganti soya karena Noam harus belajar makan. Noam sekarang mengonsumsi asi, susu soya, dan makan dengan cukup lahap.

No comments:

Post a Comment