Tuesday, May 28, 2019

Kehamilan Anak Pertama Boleh Lebay

Aku berhenti menstruasi pada bulan ke dua setelah acara pernikahanku. Aku senang sekali, tapi ada rasa bingung kenapa bisa secepat ini. Untuk menjaga kandunganku, aku dan suami membaca banyak artikel.


Membantukah artikel-artikel ini itu tentang kehamilan? Banyak artikel-artikel yang kami baca. Mulai dari perkembangan janin setiap minggunya, apa yang baik untuk janin, apa yang dilarang ketika hamil, dan artikel-artikel tentang kehamilan di media sosial semuanya kami lahap.

Lalu yang terjadi setelah membaca artikel, kami menyikapi semua perkembangan dengan berlebihan, lebay. Aku sering merasa janin dalam perut tidak bergerak. Aku tidak lagi mengkonsumsi tape, nanas, durian dan banyak mengkonsumsi kacang-kacangan seperti saran artikel, sering ngobrol sendiri dalam hati, 'kok perkembangannya  nggak seperti ini ya?' saat baca artikel. Tiap bulan rajin kontrol ke bidan minimal dengar detak jantung, lalu ketagihan USG. Merasa wajib minum susu, sampai mencoba hampir susu kehamilan yang rasanya tidak ada yang cocok, padahal gara-gara bosan, padahal lagi ibu hamil bisa minum susu apa saja karena kandungannya sama. Aku sering panik berlebihan, suami ketularan.

Sampai bayi kami lahir, Noam, kelebaian terus berlanjut. Bayi kami yang diUSG perempuan ternyata lahir laki-laki awalnya tumbuh sehat. Dan sebenarnya dia anak yang sehat. Hanya karena kepanikan kami, kami sering membawanya ke dokter. Dia sering pup, kami kira diare, kami bawa ke dokter, dokter bilang biasa karena asi eksklusif. Sudah banyak bidan dan dokter anak yang kami datangi  hanya demi memastikan Noam baik-baik saja. Apalagi setelah kami mendapat dokter anak yang menurut kami bagus di RSUD Kalisat Jember, jika Noam mulai tampak tidak baik, kami akan segera ke sana.

Tapi kelebaian saat anak pertama kadang memang dibutuhkan. Hasil lab Noam pernah kekurangan darah merah sampai kuku-kuku tangannya retak-retak. Dokter menyarankan mpasinya sering makan hati ayam dan daging merah. Itu tidak membantu karena Noam tidak lahap makan. Akhirnya kami memutuskan memberi Noam susu formula, juga untuk maksud menambah berat badannya yang turun lalu susah naik dan hampir kurang dari berat sesuai umurnya. Ternyata Noam alergi susu. Saat itu bukan hanya susu sapi, dia juga tetap diare setelah minum susu soya, bahkan susu khusus anak-anak alergi lactosa. Akhirnya ada teman suami yang menyarankan Pediasure, dan ini berhasil, tidak membuat Noam buang air besar terus-menerus. Karena terlalu senang, kami tidak lagi memikirkan harga yang lebih mahal dari susu lainnya.

Yang lebih tepat dari baca artikel memang bertanya pada orang-orang yang sudah mempunyai pengalaman yang hampir sama. Mendengarkan banyak nasehat orangtua, tetangga, dan teman. Tapi tetap seperti artikel, kita tetap harus memilahnya. Kondisi setiap anak berbeda, mereka unik.

Kalau saja kami tidak lebay menangani Noam, mungkin kami tidak akan mencari banyak solusi. Sekarang lebih mudah, Noam sudah bisa minum susu soya diusianya setahun setengah. Khawatir tetap, tapi lebih bisa berpikir panjang.

"Mas, coba pegang! Badannya Noam anget."

No comments:

Post a Comment