Tuesday, October 14, 2014

Aku Ingin Jadi Penakut




Dalam pikiranku sekarang, penakut adalah orang yang akan dilindungi dan dikhawatirkan. Entah ini pikiran yang kudapat darimana. Tiba-tiba aku ingin dilindungi dan dikhawatirkan. Sehingga aku harus jadi penakut.

"Penakut itu orang yang tidak berguna." Kata kakakku saat aku bilang takut mengantarkan adik-adikku ke sungai di hutan malam-malam.

Ternyata aku sudah terlambat menjadi penakut. Aku telah berproses bersama orang-orang yang pandai mengatasi rasa takut. Jika kita bergaul dengan penjual minyak wangi maka kita juga akan berbau wangi. Artinya, pergaulan membawa pengaruh untuk kita. Sekarang aku mulai pandai mengatasi rasa takut

Dulu, apa yang tidak aku takutkan? Aku takut dengan hantu yang tidak pernah aku lihat, aku takut lewat makam, aku takut tempat gelap, aku takut tidur sendirian, bahkan aku takut ke kamar mandi malam-malam. Aku takut disuntik saat sakit, padahal aku selalu membutuhkannya. Aku takut menghadapi orang-orang tertentu, bahkan ketika aku belum pernah mencoba berkomunikasi. Aku takut ini dan takut itu. Aku sempat menjadi penakut.

Sedikit demi sedikit rasa takut mulai menghilang. Aku mulai tidak peduli dengan rasa takut. Aku sibuk kuliah dengan dosen berbagai macam karakter, sehingga aku lupa bahwa aku takut menghadapi orang-orang yang pernah ku takuti. Aku jalan-jalan naik turun gunung, ke desa, atau mungkin hanya ikut mendengarkan obrolan teman-teman di  warung kopi, sehingga aku lupa bahwa aku telah bermain ditempat gelap. Aku juga bertemu orang-orang baru dengan banyak jalan-jalan. Mungkin rasa takut tertinggal di tempat yang pernah ku datangi.

Aku lupa rasanya jadi penakut, aku merindukannya. Tapi aku juga lupa bahwa saat aku menjadi penakut, aku telah merepotkan banyak orang untuk melindungiku. Aku selalu minta ditemani jika merasa takut. Akan aku ingat-ingat bahwa jadi penakut itu merepotkan banyak orang dan akan menjadi orang yang tidak berguna. Agar aku tidak merindukannya karena hanya ingin merasa dilindungi seseorang.

Hey, aku juga lupa bahwa aku harus takut kepada Tuhanku. Itu takut yang berbeda. Ada kapan dan tempat dimana kita memang harus takut. Bukankah semua sifat memang diperlukan asal masih batas wajar, termasuk takut.  Ya, takut yang berbeda dari ketakutan-ketakutan yang membuatku merepotkan orang lain dan takut yang membuat aku jadi orang yang tidak berguna.

Aku masih ingin jadi penakut. Menjadi penakut yang tahu kapan dan tempat serta batas wajar, yang bukan untuk merepotkan orang lain dan menjadi orang tidak berguna. Aku ingin jadi penakut.

No comments:

Post a Comment