Friday, May 16, 2014

Perjalanan Usang


Masih tentang perjalanan ke Kota Surabaya. Perjalanan yang mulai usang dan membosankan, tapi tidak untuk yang aku tuju. Tulisan inipun akan membosankan, persiapkan untuk menguap jika kau tak suka dengan tulisan tanpa gambar ini.

Aku sangat mencintai perjalanan. Jika kau tau cara menikmati segala sesuatu yang ada dalam perjalananmu, bahkan yang tak pernah kau sukai, pasti kau akan mencintainya sepertiku. Siapa yang tak suka bertemu dengan orang baru, berbagi pengalaman lalu berpisah tanpa tahu nama mereka? Siapa yang tak menyukai nyanyian para pengamen dengan lirik menggelitik? Siapa yang tak suka melihat pemandangan yang tidak sama dengan Kotamu? Siapa yang tak suka membeli jajanan khas kota yang dilewat? Pasti kau tak suka kalau diotakmu sedang berfikir negatif tentang orang yang ada di dekatmu, karena banyak kejadian yang pernah kau dengar. Pasti kau tak suka kalau ada pengamen yang mengganggu tidurmu. Pasti kau tak suka melihat pemandangan panas di dalam bus. Pasti kau juga tak suka saat penjual kadang memaksamu membeli jajanannya. Tapi aku begitu menikmati dengan caraku

Aku selalu berharap mendapat teman baru diperjalanan yang membagi pengalamannya kepadaku. Perjalanan kali ini seorang lelaki dewasa dengan pandangan yang tak ku sukai tiba-tiba menyapaku. Beberapa pertanyaan tentang tujuanku masih aku jawab dengan mencoba tetap ramah. Hingga akhirnya aku benar-benar mengalihkan pandangan keluar jendela sebagai tanda aku tidak menyukai pertanyaan yang mulai ku anggap pribadi. Akhirnya lelaki ini berpindah tempat duduk. Dan aku mendapat teman baru, seorang lelaki yang lebih sopan. Aku menyukainya cara berpicara, berbagi pengalaman tentang anak-anaknya dan pengalaman kerjanya sebagai guru. Dia juga teman baik untuk seorang ibu yang menggendong dan menuntun kedua anaknya yang masih kecil. Kau hanya perlu tahu cara menghadapi orang-orang yang datang dan pergi disekitarmu.

“Katanya kami anak berandalan, sumpah mati kami lebih baik bernyanyi.” Sepotong lirik lagu yang sedang didendangkan seorang lelaki muda dengan gitar kecilnya. Meski kadang nadanya tidak pas, suara tidak merdu, tapi kau harus tau cara menikmatinya. Dengarkan, cari tahu makna liriknya, dan bagaimanapun caramu menikmatinya. Jika kau sudah berhasil menikmatinya, kau tidak akan tega menikmati tanpa memberinya imbalan. Menghargai karya seniman jalanan mungkin akan menurunkan prasangka buruk kita terhadap orang-orang yang mengambil milik kita tanpa sepengetahuan kita. Memberi sebelum diambil.

Pemandangan sepanjang jalan sering menjadi daya tarik para traveller. Sepanjang perjalanan Jember ke Surabaya tidak akan ada yang menarik dipinggir jalan jika kau berharap pemandangan pegunungan. Kau hanya perlu menikmati orang-orang baru yang datang dan pergi. Aku menyukai rel-rel kereta yang dilintasi bus yang aku tumpangi. Ada pemandangan yang benar-benar aku sukai diperjalananku kali ini. Seorang bocah kecil yang duduk di rel kereta, dengan sepeda unta tua yang diparkir tak jauh dari tempat duduknya. Sepertinya dia juga sedang menikmati lalu lalang kendaraan. Saat waktu solat magrib harus melintas, pemandangan berikutnya lebih syahdu. Diantara kesibukan pedangan kaki lima di pinggiran jalan, seorang dengan mukena putih sedang bersujud kepada Penciptanya.

Saat aku menikmati pemandangan syahdu ini, seorang wanita yang kulitnya sudah dipenuhi keriput menawariku jajanan tahu. Aku tidak suka tahu. Wanita ini terus memaksaku, hingga akhirnya aku memutuskan membeli jajanannya. Bukan untuk mengusirnya, setidaknya aku tahu cara menikmati paksaan ini.


Perjanan ini begitu membosankan, aku bisa menebak tempat yang akan aku lewati. Mengintip lumpur lapindo yang sudah berumur 8 tahun, memandang lampu-lampu kota sepanjang jalan tol, dan pembangunan yang tak pernah selesai. Saat bus telah sampai di terminal Purabaya, ada wanita dewasa yang sudah menungguku. Surabaya tidak pernah membosankan karena dia. Hari setelah malam itu berlalu, aku dan dia sudah membuat rencana membuat Surabaya lebih ramah, setidaknya lebih ramah untuk kami. Perjalanan ke tempat yang sama memang membosankan, namun tidak cerita yang akan terangkai di tempat ini.

No comments:

Post a Comment