Sunday, November 9, 2014

Cerita Papuma Lagi

Tempat, teman, dan waktu adalah perpaduan untuk menciptakan kenangan, yang suatu hari akan mengundang kerinduan. Hari Kamis yang lalu teman-teman dari kota pahlawan datang ke Jember untuk meminta diantar jalan-jalan. Pantai Papuma (Pasir Putih Malikan), Ciplek dan mbak Jengis, malam Jumat akan menjadi cerita untuk dirindukan suatu hari nanti.


Sunset Papuma
Papuma memang tempat paling sering menjadi tujuan teman-teman dari luar kota, tak terkecuali Ciplek dan mbak Jengis. Mbak Jengis terutama, dia baru pertama kali ke Papuma. Namun bukan hanya mbak Jengis yang mulai suka dengan pantai ini, aku yang sudah berkali-kalipun tetap menyukai tempat ini.

Kami berangkat dari kampus setelah urusan di kampus selesai sekitar jam empat sore. Kami berangkat berempat dengan perlengkapan menginap. Kami beruntung, sampai di Papuma menjelang matahari tenggelam. Setelah menikmati rona langit senja Papuma, kami segera mendirikan tenda. Hari sudah mulai gelap, barang-barang juga harus segera masuk dalam tenda karena monyet di sini banyak yang tidak takut dengan keberadaan manusia. Kami juga masih beruntung ketika malam tiba, bulan sedang purnama. Kami menghabiskan malam dengan bercerita, bercanda, dan menikmati camilan serta jagung bakar.

Jagung Bakar
Malam Jumat tidak semengerikan yang kami bayangkan. Bulan purnama membuat terang meski kami lupa membawa lilin. bulan purnama memang membuat langit sepi dari bintang-bintang, tapi sinarnya membuat meriah ombak yang semakin bergemuruh. Sesekali bulan tertutup awan. Sesekali cerita juga kami hentikan untuk mendengar suara ombak yang mengerikan. Ternyata ombak terlihat tidak lebih mengerikan dibanding suaranya yang terdengar mengancam. Hawa udara mulai dingin, kami harus masuk ke tenda jelang tengah malam.

Satu-satunya lelaki diantara kami adalah Arus. Dia bangun terlebih dahulu ketika aku baru saja mematikan alarm. Ada pengunjung lain yang berisik sekali dibelakang tenda kami. Tinggal aku dan Ciplek di dalam tenda. Mbak Jengis sudah ada diluar tenda entah sejak kapan. Mungkin mbak Jengis sedang menikmati dini hari di Papuma. Arus menemani mbak Jengis.

Kami tidak mendapati sunrise. Tapi pagi di sini tetaplah dirindukan. Ciplek masih tidur. Arus dan Mbak Jengis jalan-jalan. Aku memasak sisa bahan semalam untuk sarapan. 

Jalan-jalan ke Papuma berakhir jam sembilan siang. Kami melanjutkan ke pantai yang bersebelahan dengan Papuma dan Watu ulo, yaitu Pantai Payangan. Kami tidak bisa lama-lama di sini. Mbak Jengis harus pulang ke Surabaya. Aku dan Ciplek harus segera melanjutkan ke perjalanan selanjutnya. Kami berpisah di terminal Tawang Alun setelah mbak Jengis mendapat bus.

Papuma selalu punya cerita. Setiap singgah ke sini, pasti ada saja kenangan yang kembali diputar. Esok, jika diantara kami ke sini, pasti kenangan hari ini akan diputar kembali.

Oya, selamat hari pahlawan untuk teman-teman yang ada di kota pahlawan juga di seluruh Indonesia.

No comments:

Post a Comment