Aku nakal lagi, mulai doyan jalan-jalan lagi.
Baru awal Desember yang lalu aku menulis tentang kebosananku jalan-jalan, tapi kebosanan itu ternyata tidak bertahan lama. Musim liburan semester telah tiba, aku sibuk dengan keinginan untuk jalan-jalan ke banyak tempat. Inilah yang kusebut salah satu kenakalanku sebagai anak ibu dan anak kampus. Jalan-jalan berarti meninggalkan rumah dan pikiran tentang kampus.
Rencana jalan-jalan yang sudah terlaksana adalah menyeberang ke Bali. Jarak Jember ke Bali memang terasa dekat, apalagi di dukung dengan biaya yang murah jika hanya tujuan menyeberang dari Ketapang ke Gili Manuk. Hari Senin tanggal 12 Januari 2015 kemarin memang sudah kami rencanakan beberapa hari sebelumnya sebagai hari keberangkatan.
Aku, Naong, Suket, Arus, dan Daun sudah berada di stasiun Jember menunggu keberangkatan kereta pukul 14.45. Hujan yang turun tidak menurunkan semangat kami. Aku bahkan berharap saat kami duduk di dalam kereta akan turun hujan yang lebat, pasti so sweet sekali.
Bali bukan tujuan kami sebenarnya, karena kami memang tidak punya tujuan di Bali untuk singgah. Tujuan kami hanya sekedar jalan-jalan, naik kereta, menyeberang dari Ketepang ke Gili Manuk dengan kapal, lalu makan, ngopi, dan jalan-jalan di sekitar pelabuhan. Apa tujuan harus selalu tempat yang pasti? Bahkan aku terlalu suka berada di dalam kereta sampai tidak ingin sampai di stasiun terakhir rasanya. Tapi keretapun punya tujuan yang pasti.
Kami sampai di Ketapang menjelang adzan Magrib. Setelah membelikan Suket ice cream karena aku kalah taruhan dan yang lain mengikuti membeli ice cream banyak-banyak, barulah kami menuju memutuskan langsung menyeberang. Ombak cukup tenang, sehingga kekhawatiran kami mabuk laut sedikit berkurang. Pemandangan penyeberangan dimalam hari seperti bintang warna-warni yang pindah ke laut. Kapal-kapal besar dinahkodai dengan pelan tapi pasti mengikuti jalur yang telah ditentukan. Tidak terasa kami sudah berada di pulau Bali.
Sebelum keluar dari pelabuhan, kami harus melewati pos pemeriksaan KTP. Kami sempat mengalami kendala. Naong tidak punya KTP, SIM tidak diperbolehkan. Kami jadi ditanya ini dan itu.
"Kami cuma mau ngopi di sini kok, Pak." Aku mencoba membantu menjelaskan.
"Yang benar saja, sudah ijin kalian ke orang tua?" Kata petugas.
Akhirnya setelah menjelaskan tujuan kami yang hanya ingin naik kereta dan menyeberang ke Bali, petugas mengijinkan kami melanjutkan jalan-jalan. Petugas hanya takut kami jadi korban penipuan. Kami juga dikira masih SMA sehingga ditanya sudah ijin orang tua apa belum. Bahkan kami ditawari minum kopi di sini. Tapi kami harus melanjutkan perjalanan.
Kami mencari tempat mengisi perut. Mie kuah cukup menghangatkan badan kami dan mengisi energi. Kami siap berjalan lagi. Ke sebuah teluk, teluk Gili Manuk yang tidak jauh dari tempat kami makan. Informasi tentang teluk ini kami dapatkan dari penjual mie.
Kami bergegas jalan kaki mencari teluk. Hari sudah larut malam. Anjing-anjing menggonggong saat kami lewat. Jangan tanya soal anjing, kami takut meski mencoba jalan sok cool.
Kami menemukan teluk dengan bantuan gps. Kecanggihan teknologi memang diciptakan harus bisa mempermudah. Teluk yang sepi sekali, hanya perahu-perahu kecil milik nelayan yang bersandar.
Kami membaringkan tubuh di dermaga. Kami punya tambahan pasukan, bulan dan bintang. Bintang berkedip-kedip, mungkin mencoba berkomunikasi dengan kami. Genit sekali si bintang. Bulan tampak tampan malam ini dengan rona kemerahannya. Sayangnya mereka harus mengalah dengan mendung. Hujan mulai turun, kami harus mencari tempat berteduh. Di dekat teluk ada kantor polisi air yang tidak berpenghuni malam ini. Kami bermalam di depan kantor ini.
Tak sabar menunggu pagi. Malam kami diusik anjing lagi. Baru beberapa jam terlelap, anjing-anjing menggongong disekitar kami. Aku mengangkat kakiku yang berkaos kaki tinggi-tinggi dari dipan. Aku ingat kucingku dulu suka memainkan kakiku yang memakai kaos kaki. Aku takut anjing juga suka itu.
Gonggongan anjing mereda, pagi cepat sekali tiba. Aku, Naong, dan Daun bangun dan kembali menuju dermaga. Arus dan Suket tidak bisa dibangunkan. Udara yang sejuk sekali. Damai sekali tempat ini. Udara yang masih segar berteman dengan matahari yang ingin terbit itu sebuah perpaduan yang pasti nanti ku rindukan. Beberapa orang mulai berdatangan bergantian. Ada yang berperahu, ada yang memancing, dan ada yang hanya sekedar makan di pinggir dermaga.
Kereta mengantar kami pulang jam 10.00. Kami harus segera membangunkan Arus dan Suket agar kami bisa segera menyeberang. Meski kami semua merasa senang, tapi tidak bisa mengelakkan rasa capek karena berjalan semalam. Wajah kami mulai kusut. Perbedaan pendapat sedikit bisa rentan berdebat. Ah, itu soal kecil. Nanti juga kembali bercanda lagi.
Perjalanan pulang mulai dari gerimis di atas kapal sampai terik turun dari kereta jalan ke kampus. Kami memang capek, tapi aku sudah cukup senang berjalan-jalan dengan mereka. Apalagi teluk itu. Ah, ingin nakal lagi, maksudku ingin jalan-jalan lagi ke sini.
Jalan-jalan itu nakal atau tidak sih? Semakin sering aku jalan-jalan kok aku semakin merasa nakal. Aku tidak ijin ibu. Aku tidak memikirkan kuliahku. Itu nakal.
"Kami cuma mau ngopi di sini kok, Pak." Aku mencoba membantu menjelaskan.
"Yang benar saja, sudah ijin kalian ke orang tua?" Kata petugas.
Akhirnya setelah menjelaskan tujuan kami yang hanya ingin naik kereta dan menyeberang ke Bali, petugas mengijinkan kami melanjutkan jalan-jalan. Petugas hanya takut kami jadi korban penipuan. Kami juga dikira masih SMA sehingga ditanya sudah ijin orang tua apa belum. Bahkan kami ditawari minum kopi di sini. Tapi kami harus melanjutkan perjalanan.
Kami mencari tempat mengisi perut. Mie kuah cukup menghangatkan badan kami dan mengisi energi. Kami siap berjalan lagi. Ke sebuah teluk, teluk Gili Manuk yang tidak jauh dari tempat kami makan. Informasi tentang teluk ini kami dapatkan dari penjual mie.
Kami bergegas jalan kaki mencari teluk. Hari sudah larut malam. Anjing-anjing menggonggong saat kami lewat. Jangan tanya soal anjing, kami takut meski mencoba jalan sok cool.
Kami menemukan teluk dengan bantuan gps. Kecanggihan teknologi memang diciptakan harus bisa mempermudah. Teluk yang sepi sekali, hanya perahu-perahu kecil milik nelayan yang bersandar.
Kami membaringkan tubuh di dermaga. Kami punya tambahan pasukan, bulan dan bintang. Bintang berkedip-kedip, mungkin mencoba berkomunikasi dengan kami. Genit sekali si bintang. Bulan tampak tampan malam ini dengan rona kemerahannya. Sayangnya mereka harus mengalah dengan mendung. Hujan mulai turun, kami harus mencari tempat berteduh. Di dekat teluk ada kantor polisi air yang tidak berpenghuni malam ini. Kami bermalam di depan kantor ini.
Tak sabar menunggu pagi. Malam kami diusik anjing lagi. Baru beberapa jam terlelap, anjing-anjing menggongong disekitar kami. Aku mengangkat kakiku yang berkaos kaki tinggi-tinggi dari dipan. Aku ingat kucingku dulu suka memainkan kakiku yang memakai kaos kaki. Aku takut anjing juga suka itu.
Teluk Gili Manuk |
Gonggongan anjing mereda, pagi cepat sekali tiba. Aku, Naong, dan Daun bangun dan kembali menuju dermaga. Arus dan Suket tidak bisa dibangunkan. Udara yang sejuk sekali. Damai sekali tempat ini. Udara yang masih segar berteman dengan matahari yang ingin terbit itu sebuah perpaduan yang pasti nanti ku rindukan. Beberapa orang mulai berdatangan bergantian. Ada yang berperahu, ada yang memancing, dan ada yang hanya sekedar makan di pinggir dermaga.
Sunrise di Teluk Gili Manuk |
Daun, Naong, Rotan |
Kereta mengantar kami pulang jam 10.00. Kami harus segera membangunkan Arus dan Suket agar kami bisa segera menyeberang. Meski kami semua merasa senang, tapi tidak bisa mengelakkan rasa capek karena berjalan semalam. Wajah kami mulai kusut. Perbedaan pendapat sedikit bisa rentan berdebat. Ah, itu soal kecil. Nanti juga kembali bercanda lagi.
Perjalanan pulang mulai dari gerimis di atas kapal sampai terik turun dari kereta jalan ke kampus. Kami memang capek, tapi aku sudah cukup senang berjalan-jalan dengan mereka. Apalagi teluk itu. Ah, ingin nakal lagi, maksudku ingin jalan-jalan lagi ke sini.
Jalan-jalan itu nakal atau tidak sih? Semakin sering aku jalan-jalan kok aku semakin merasa nakal. Aku tidak ijin ibu. Aku tidak memikirkan kuliahku. Itu nakal.
bagus x,
ReplyDeletefoto-foto x kok sedikit tan,?