Menjenguk Mas Heru |
Liburan semester ini aku dan lima saudaraku (Daun, Arus, Nendes, Suket, dan Adi) di SWAPENKA (Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam) jalan-jalan ke Malang. Jalan-jalan di mulai hari Kamis minggu lalu, tepatnya tanggal 22 Januari 2015. Rencana jalan-jalan memang berantakan, tapi pasti ada rencana lain yang sudah Allah siapkan untuk kami.
Setelah rencana kami mendaki Gunung Arjuno Welirang gagal karena ternyata pendakian di tutup sampai batas waktu yang tidak ditentukan, kami memilih berkunjung ke rumah alb (anggota luar biasa) SWAPENKA. Kami menguhubungi mas Oblo, rumahnya paling dekat dengan stasiun Lawang tempat kami turun dari kereta Tawang Alun yang mengantar kami dari Jember.
Malam harinya, kami menjenguk mas Heru di RSI Aisyiah Malang. Mas Heru alb SWAPENKA angkatan ke dua. Mas Heru sakit komplikasi, salah satunya liver. Meski sedang sakit, mas Heru masih bisa banyak bercerita.
Kami bercerita tentang keinginan kami naik Gunung Arjuno Welirang. Mas Heru bercerita tentang pengalamannya naik beberapa gunung, termasuk Gunung Arjuno Welirang. Mas Heru membuat kami kembali tertawa mendengar cerita-cerita lucunya. Untuk sejenak, kami bisa melupakan kekecewaan gagal mendaki gunung.
"Saudaraku, aku mau pingsan." Mas Heru menirukan salah satu angkatannya yang waktu itu tidak kuat naik Gunung Arjuno. Lalu mas Heru menyiapkan sarung sebagai alas sebelum saudaranya pingsan. Kami menyambutnya dengan tawa. Apalagi saat kalimat itu diulang-ulang.
Mas Heru berpesan kepada kami agar kami jangan sok kuat ketika naik gunung. Awal penyakit livernya karena sok kuat saat mendaki gunung Raung di Bondowoso. Gunung Raung tidak memiliki sumber air saat musim kemaru, jadi pendaki harus membawa banyak air dari bawah. Mas Heru saat itu memang membawa banyak air, namun adik-adiknya tidak membawa cukup banyak air. Sehingga mas Heru mengalah, dan membiarkan airnya diminum adik-adiknya. Akhirnya mas Heru sempat dehidrasi dan tidak bisa jalan. Mas Heru mencari bahan survivel, dan hujan menyelamatkannya. Tapi sampai di kota, mas Heru bermasalah dengan sakit livernya. Sakit liver tidak bisa sembuh total, kapan saja bisa kambuh lagi.
Mas Heru juga banyak bercerita tentang orang-orang di SWAPENKA pada jamannya dulu. Banyak karakter lucu di sini. Aku juga ikut merasakannya. Mas Heru sempat menangis mengingat saudara seangkatannya telah meninggalkannya. Bagaimana kita tidak merasa kehilangan jika banyak perjalanan telah dilalui bersama apapun medannya.
Waktu sudah larut malam ketika mas Heru meminta dipasangkan oksigennya lagi. Mas Heru bilang ini waktu terlama dia tidak memakai alat bantu pernafasan itu. Meski hanya dua jam. Kami harus pulang dan berdoa agar penyakit mas Heru diangkat dan kembali sehat. Meski berjarak 26 angkatan, entah kenapa seperti ada ikatan diantar kami. Rasa sayang tanpa alasan itu muncul.
Kami harus membuat rencana lagi untuk perjalanan di Malang. Cerita dari mas Heru membuat kami sadar bahwa kami belum siap mendaki gunung karena persiapan yang kurang matang. Pasti Allah tahu kami sedang tidak siap naik gunung, dan pasti digantikan tempat lain yang lebih keren.
No comments:
Post a Comment