Monday, December 12, 2016

Kamar Mandi dan Perempuan

“Yang aku khawatirkan, di kerajaan itu tidak ada kamar mandinya.” Kata Suzuka dalam salah satu film Doraemon.



Kalimat Suzuka mewakili bahwa kamar mandi bagi perempuan itu penting. Kalau ada perempuan yang merasa keberatan bahwa kamar mandi itu penting –karena bisa mck (mandi cuci kakus) dimana saja-, maka biarlah Suzuka mewakiliku saja yang seorang perempuan. Ya, bagiku kamar mandi itu cukup penting. Penting kebersihannya.

Jangan berfikir aku manja terlebih dahulu jika aku mengatakan bahwa kebersihan kamar mandi itu penting. Aku bukan perempuan yang suka mengurung diri di rumah atau tak bisa lepas dari fasilitas kota yang menyediakan fasilitas apapun yang kita butuhkan. Aku suka bermain di hutan atau di gunung yang tidak memungkinkan adanya kamar mandi. Tentu aku pernah mandi di sungai dan menggali tanah untuk buang air saat di dalam hutan. Sudah ku bilang , ini soal kebersihan kamar mandi atau mck.

“Mending di sungai dari pada kamar mandi kotor.” Ujarku setiap mulai rewel dengan kamar mandi.

Namun sungai yang ku bayangkan adalah sungai di dalam hutan yang masih bersih. Bukan sungai berwarna coklat di tengah kota yang bercampur sampah. Sebenarnya sama saja, yang ku maksud adalah kebersihannya.

Hari ini aku tinggal di Sumber Candik, Panduman, sebuah tempat di kaki gunung Argopuro, dengan kamar mandi umum. Satu orang menjaga kebersihan, belum tentu yang lain. Jadi keadaan kamar mandi sering membuatku menahan buang air, mengurangi jatah mandi dan keramas, dan mempercepat waktu mandi. Bukan, bukan mereka jorok, namun memang kamar mandi baru ada di sini, sebelumnya mereka mck di sungai yang membuat mereka belum tahu cara merawat kebersihan kamar mandi.

Tapi bukankah keterbatasan membuat kita kreatif untuk mencari jalan keluar? Aku sempat berfikir aku yang membersihkan kamar mandi ini sendiri, tapi kadang capek dan malas menyerang jika ada yang mengotori lagi. Meski jatah mandi tetap berkurang, waktu mandi ku percepat, dan masih sering menahan buang air, tapi setidaknya aku sudah menemukan agar tidak takut lagi air yang ku buat mandi air kotor. Karena pipa air yang menuju ke bak mandi lumayan panjang dan bisa diputar sehingga seperti pancuran, maka aku mandi dengan pancuran.

Masalah air sudah ku selesaikan. Masalah kebersihan kamar mandi yang sulit karena memang kamar mandi umum. Aku perlu memaksa diri untuk terbiasa dengan kamar mandi ini. Bukankah memaksa diri salah satu sifat perempuan juga? Maksudku beberapa perempuan saja. Bukankah kadang kita memang perlu memaksa diri dan kadang hanya perlu terbiasa untuk mampu memaklumi sesuatu.

Biarlah aku mandi sehari sekali. Aku harus membenarkan kata Dodit, “Mandi dua kali sehari, kampungan!”

No comments:

Post a Comment