Hari yang mendung pada musim kemarau di kaki pegunungan Argopuro,
Panduman, Jember. Dengan suasana ini dan pemandangan ayam-ayam yang mengais makanan, aku baru saja meyuapi Noam yang sudah hampir satu bulan makan
MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Noam yang sudah kenyang sedang bermain
dengan anak-anak yang datang ke Sokola Kaki Gunung karena tidak berangkat
sekolah ke sekolah dasar sebab terlambat bangun setelah bangun sahur.
Aku duduk diantara mereka yang ramai, ingin menulis tentang MPASI Noam.
Sebenarnya, ingin menulis setelah melarikan diri karena tidak mempunyai ide tulisan dengan belajar merajut.
Awal-awal menyuapi Noam, aku mengusahakan agar Noam makan buah dulu
sebelum bubur. Aku memilih pisang, makanan sejuta umat bayi di Indonesia.
Suapan pertama dengan doa sepenuh hati, Noam masih tidak tahu cara makan.
Hari-hari selanjutnya tentu lebih mudah. Tiga hari berturut-turut, Noam masih
makan pisang, jenis pisang keripik atau banyak orang menyebut pisang kepok.
Memilih memberi Noam makan pisang itu setelah rekomendasi banyak ibu-ibu dan
artikel-artikel. Begitupun berapa hari bayi harus makan makanan yang sama,
karena agar tahu jika bayi alergi makan makanan yang sudah dia makan.
Hari berikutnya dengan menu berbeda, alpukat dan bubur bayi. Ku kira
menyuapi Noam sudah semudah menyuapinya dengan pisang. Alpukat menyebar
memenuhi mulut Noam. Noam kesulitan untuk menelan. Berbeda lagi dengan bubur
bayi, Noam mengeluarkan suara seperti mau memuntahkan makanan. Padahal bubur
sudah ku buat encer dan sudah ku coba tidak terlalu encer. Setelah coba-coba
beberapa makanan yang direkomendasikan artikel, Noam sering kali tampak seperti
makan bubur, ingin muntah. Sempat khawatir Noam tidak mau makan seperti cerita
beberapa ibu-ibu yang anaknya baru bisa makan diumur setahun lebih.
Noam yang sedang bermain mulai merengek. Aku harus segera menggendongnya
dulu dan berhenti menulis.
*
Noam sudah tidur ketika aku melanjutkan menulis. Aroma kacang tercium
dari dapur mbah Lastri tempat kami tinggal ke kamar kami yang hanya dipisahkan
satu ruangan besar. Anak-anak sedang menyangrai kacang untuk belajar membuat
roti kacang lebaran bersama ibu-ibu sekitar Sokola Kaki Gunung besok.
Aku sempat membuatkan bubur tempe untuk Noam. Aku pikir kacang-kacangan
pasti bagus. Di kaki gunung listrik masih terbatas, maka menggunakan blender
yang pakai tenaga listrik masih tidak mungkin. Bubur tempenya masih bertekstur.
Noam kesulitan mengunyah dan marah-marah.
Sudah banyak MPASI yang ku cobakan untuk Noam. Baru makan MPASI di umur
enam bulan membuat perut Noam lebih sehat sehingga tidak membuat khawatir jika
ingin mencoba memberi Noam menu baru. Noam paling suka buah-buahan, bubur bayi
yang akhirnya dia bisa makan adalah Milna, bubur nasi dengan sayur kelor,
bayam,wortel, dan kentang, dan dia juga sudah ku beri oat dicampur pisang dan
kurma.
Noam lahap sekali makan MPASInya. Tapi sering juga dia tidak suka
makanan yang kami rasa sehat seperti sayur bayam, wortel, dan jagung yang kami
haluskan lalu diberi kaldu ayam. Nanti jika Noam sudah mengerti, aku dan
Boponya ingin menanamkan bahwa makanan yang dia makan bukan hanya yang enak
menurutnya, tapi makanan yang ada manfaat bagi tubuhnya. Dan makanan yang
baguspun tidak akan bagus jika dimakan berlebihan. Sebelum itu kami tanamkan
kepada Noam, kami juga sedang belajar menanamkan itu kepada diri kami sendiri.
No comments:
Post a Comment