Friday, May 18, 2018

MPASI Untuk Noam


Hari yang mendung pada musim kemarau di kaki pegunungan Argopuro, Panduman, Jember. Dengan suasana ini dan pemandangan ayam-ayam yang mengais makanan, aku baru saja meyuapi Noam yang sudah hampir satu bulan makan MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Noam yang sudah kenyang sedang bermain dengan anak-anak yang datang ke Sokola Kaki Gunung karena tidak berangkat sekolah ke sekolah dasar sebab terlambat bangun setelah bangun sahur.

Aku duduk diantara mereka yang ramai, ingin menulis tentang MPASI Noam. Sebenarnya, ingin menulis setelah melarikan diri karena tidak mempunyai ide tulisan dengan belajar merajut.

Awal-awal menyuapi Noam, aku mengusahakan agar Noam makan buah dulu sebelum bubur. Aku memilih pisang, makanan sejuta umat bayi di Indonesia. Suapan pertama dengan doa sepenuh hati, Noam masih tidak tahu cara makan. Hari-hari selanjutnya tentu lebih mudah. Tiga hari berturut-turut, Noam masih makan pisang, jenis pisang keripik atau banyak orang menyebut pisang kepok. Memilih memberi Noam makan pisang itu setelah rekomendasi banyak ibu-ibu dan artikel-artikel. Begitupun berapa hari bayi harus makan makanan yang sama, karena agar tahu jika bayi alergi makan makanan yang sudah dia makan.
 
Noam dan bubur pure alpuukatnya

Hari berikutnya dengan menu berbeda, alpukat dan bubur bayi. Ku kira menyuapi Noam sudah semudah menyuapinya dengan pisang. Alpukat menyebar memenuhi mulut Noam. Noam kesulitan untuk menelan. Berbeda lagi dengan bubur bayi, Noam mengeluarkan suara seperti mau memuntahkan makanan. Padahal bubur sudah ku buat encer dan sudah ku coba tidak terlalu encer. Setelah coba-coba beberapa makanan yang direkomendasikan artikel, Noam sering kali tampak seperti makan bubur, ingin muntah. Sempat khawatir Noam tidak mau makan seperti cerita beberapa ibu-ibu yang anaknya baru bisa makan diumur setahun lebih.

Noam yang sedang bermain mulai merengek. Aku harus segera menggendongnya dulu dan berhenti menulis.
*
Noam sudah tidur ketika aku melanjutkan menulis. Aroma kacang tercium dari dapur mbah Lastri tempat kami tinggal ke kamar kami yang hanya dipisahkan satu ruangan besar. Anak-anak sedang menyangrai kacang untuk belajar membuat roti kacang lebaran bersama ibu-ibu sekitar Sokola Kaki Gunung besok.

Aku sempat membuatkan bubur tempe untuk Noam. Aku pikir kacang-kacangan pasti bagus. Di kaki gunung listrik masih terbatas, maka menggunakan blender yang pakai tenaga listrik masih tidak mungkin. Bubur tempenya masih bertekstur. Noam kesulitan mengunyah dan marah-marah.

Sudah banyak MPASI yang ku cobakan untuk Noam. Baru makan MPASI di umur enam bulan membuat perut Noam lebih sehat sehingga tidak membuat khawatir jika ingin mencoba memberi Noam menu baru. Noam paling suka buah-buahan, bubur bayi yang akhirnya dia bisa makan adalah Milna, bubur nasi dengan sayur kelor, bayam,wortel, dan kentang, dan dia juga sudah ku beri oat dicampur pisang dan kurma.

Noam lahap sekali makan MPASInya. Tapi sering juga dia tidak suka makanan yang kami rasa sehat seperti sayur bayam, wortel, dan jagung yang kami haluskan lalu diberi kaldu ayam. Nanti jika Noam sudah mengerti, aku dan Boponya ingin menanamkan bahwa makanan yang dia makan bukan hanya yang enak menurutnya, tapi makanan yang ada manfaat bagi tubuhnya. Dan makanan yang baguspun tidak akan bagus jika dimakan berlebihan. Sebelum itu kami tanamkan kepada Noam, kami juga sedang belajar menanamkan itu kepada diri kami sendiri.

No comments:

Post a Comment