Thursday, March 7, 2019

Lebih Mengencangkan Ikatan Stagen

Paska melahirkan, ibuku meminta agar aku istirahat penuh. Aku tidak boleh mengerjakan pekerjaan rumah apalagi mengangkat berat. Ibu juga mewajibkanku memakai stagen agar perutku tidak besar, agar kembali seperti sebelum melahirkan.

Aku taat memakai stagen. Perut setelah melahirkan begitu kendor sehingga rentan goyang. Goyangan itu yang membuat perut sakit. Stagen yang terlilit diperut akan mengikat perut dan membuatnya tidak goyang. Perutku aman dengan stagen. Ya, aku setuju menggunakan stagen atau centhing dalam bahasa Jawa, gurita dewasa, atau korset paska melahirkan.


Kata dukun bayi yang memandikan bayiku selama tali pusar belum lepas, stagen juga berguna menahan rahim. Rahim yang belum kembali pulih bisa turun, atau istilahnya turun berok. Ketika kita melakukan aktivitas, perut juga ikut mengeluarkan tenaga untuk menahan, seperti mengangkat beban berat. Makanya setelah melahirkan tidak boleh mengangkat berat, untuk menjaga rahim.

Pada kelahiran anak kedua, aku lebih mengencangkan ikatan stagen karena kami sudah mulai mandiri di kontrakan sebelum aku benar-benar pulih. Orang-orang menyarankanku agar tidak menggendong Noam, anak pertamaku, yang berat badannya sudah lebih dari delapan kilo. Itu tidak mungkin, Noam yang masih berumur tujuh belas bulan tentu membutuhkanku. Aku harus memandikan, menyuapi, menidurkan, menungguinya bermain, dan kegiatan-kegiatan yang memang harus menggendongnya.

Juga mungkin benar, orang setelah melahirkan tidak boleh terlalu banyak aktivitas. Aku merasakan sendiri jika terlalu banyak aktivitas, akan terasa ngilu pada daerah jalan lahir sampai anus. Jika terlalu banyak bergerak, perutku bisa kram.

Tapi aku tidak bisa duduk diam dengan anak kedua dalam gendongan. Sepagi mungkin aku harus mencuci popok, dilanjut memandikan anak-anak dan membersihkan diri, masak jika sempat karena suamiku akan membelikan kami makan jika anak-anak tidak bisa ditinggal, mencuci piring, membersihkan rumah, menyuapi dan menemani bermain anak pertama, menggendong bayi, mengangkat jemuran, dan istirahat disela-sela itu.

Ya, tentu aku masih bisa istirahat, bahkan memegang gawai. Jika lelah tak tertahan, aku akan meminta bantuan kepada suamiku. Aku akan memejamkan mata sebentar meskipun kadang tidak bisa terlelap karena pikiran tetap pada anak-anak yang sedang bersama suami.


Ini memang melelahkan, tapi aku selau meyakinkan diri bahwa hari-hari sulit selalu bisa terlewati. Aku tinggal lebih mengencangkan lilitan stagenku, lalu kembali beraktivitas. Ini melelahkan, tapi dengan tetap bisa beraktivitas, aku merasa merdeka.

No comments:

Post a Comment